Semenjak tahun 2010 hingga 2019, Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes) mencatat kasus human immunodeficiency virus (HIV) yang terus meningkat. Angkanya mencapai 50.282 kasus pada 2019, naik 7,78% dibandingkan tahun sebelumnya. Peningkatan kasus ini pun diiringi dengan kenaikan kebutuhan obat anti retro-viral yaitu kombinasi Lamivudine dan Zidovudine sebesar 6.858.540 dosage unit pada tahun 2020 dari sebelumnya yang hanya 68.220 dosage unit pada tahun 2019 (IMS Data). Lamivudine dan Zidovudine merupakan kombinasi obat yang umum digunakan untuk mengobati infeksi HIV. Keduanya termasuk ke dalam kelas terapi NRTIs (nucleoside reverse transcriptase inhibitors) yang bekerja dengan cara menurunkan jumlah HIV di dalam darah. Walaupun kombinasi tersebut tidak akan mengobati HIV sepenuhnya namun kombinasi tersebut dapat menurunkan kemungkinan berkembangnya HIV menjadi penyakit AIDS dan Kanker. Mengonsumsi kombinasi obat tersebut bersamaan dengan perubahan lifestyle juga dapat menurunkan risiko penyebaran HIV ke orang lain.
Kombinasi Lamivudine dan Zidovudine tersedia dalam bentuk tablet oral dan dikonsumsi 2x sehari dengan atau tanpa makanan sesuai dosis yang dianjurkan oleh dokter. Kombinasi obat Lamivudine dan Zidovudine hanya mengendalikan infeksi HIV, tidak bisa mengobati HIV sepenuhnya. Pasien tetap harus melanjutkan pengobatan dengan obat tersebut walaupun sudah merasa membaik dan jangan berhenti tanpa konsultasi ke dokter terlebih dahulu.
Dalam rangka membantu pemerintah dalam menurunkan Kasus HIV dan mendukung kemandirian farmasi, KFSP siap menyediakan Bahan Baku untuk Lamivudine dan Zidovudine. Jika anda membutuhkan informasi lebih lanjut terkait Bahan Baku Lamivudine, Zidovudine atau lainnya, silahkan hubungi kami melalui halaman contact us berikut.